Sabtu, 09 Februari 2013
Kamis, 07 Februari 2013
Potret Akses Tinatar
Punung – Kota Pacitan yang terkenal dengan banyaknya bukit dan gunung menyajikan sebuah keindahan alam tersendiri. Dibalik ramai deru kendaraan, masih banyak daerah-daerah yang berpanorama menawan. Salah satu keindahan pemandangan yang disajikan dapat dijumpai di Desa Tinatar, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan.
Pemandangan perbukitan dan pegunungan siap memanjakan mata bagi siapapun yang menginjak daerah tersebut. Terasering persawahan lengkap dengan warna hijau yang anggun menampakkan elok tiada tara.Sungai yang besar dengan intensitas air melimpah siap menambah indahnya suasana.
Namun sayang, pemerintah kota Pacitan kurang memperhatikan daerah-daerah yang letaknya terpencil di wilayah yang berjarak kurang lebih 24 kilometer dari Punung kota ini. Hal ini bisa dilihat dari akses jalan yang menuju ke perkampungan di bagian perbukitan tepatnya arah dusun Ngemplak, dimana kondisi jalan sudah tidak layak di lalui kendaraan bermotor. Keadaan jalan rabat (Jawa) yang telah rusak berat, jalanan praden (Jawa) yang rusak parah memang harus menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi pemerintah. Selain itu, masih banyak jalan setapak berbentuk tanah ke perumahan-perumahan penduduk. Apalagi daerah ini juga hampir terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah.
Jika boleh dibandingkan, jalan raya Pacitan – Solo baik yang melalui desa Sedeng maupun desa Dadapan, sudah dilakukan renovasi baik pelebaran serta peng-aspalan ulang sehingga kondisi kini sudah mulus. Sedangkan untuk wilayah-wilayah terpencil keadaan jalan masih sangat memperihatinkan.
“ Perjalanan untuk kesini memang terasa jauh karena medan memang memprihatinkan. Jalan kami dletaknya disisi tebing curam dan rabatnya telah rusak parah.” Ungkap salah satu warga masyarakat (Sel,05/02/13). Bayangkan jika orang awam yang belum pernah sama sekali terjun di medan berat semacam ini, tanpa konsentrasi dan penuh hati-hati maka tebing curam dan dalam ada di kanan-kiri kita. “ Masyarakat disini kurang mempunyai greget untuk bangkit dan membangun akses jalan disini sehingga tidak ada kemajuan sama sekali. Namun, wewenang ada di tangan pemerintah desa yang seharusnya mampu berkoordinasi dengan pemerintah daerah sehingga terwujud perubahan untuk kemajuan wilayah ini” tambahnya.
Untuk itu diharapkan pemerintah segera turun tangan menangani masalah ini. Karena baik secara langsung maupun tidak langsung, akses jalan juga mempengaruhi perekonomian dan pendidikan masyarakat. Harapan masyarakat sungguh besar akan di bangunya akses jalan yang memadai. Semoga saja. ( Adit )
Senin, 04 Februari 2013
Fenomena Jasa Mekanik Merajalela
Pacitan – Geliat
masyarakat kota dalam meningkatkan taraf hidup semakin terlihat di masa kini.
Mulai dari usaha kecil, menengah, dan usaha besar. Dapat dibuktikan dengan
banyaknya wirausaha yang terlihat disegala sudut kota sehingga menampakkan wajah kota yang seakan
tidak ada perumahan di sisi jalan raya. Bahkan, dengan munculnya jenis usaha
yang sama membuat persaingan dagang begitu tinggi sehingga terkadang dijumpai
penjual yang tetap menjajakan dagangan mereka di trotoar-trotoar meski sudah
ada larangan yang berlaku.
Fenomena jasa mekanik atau
perbengkelan di penjuru-penjuru kota kerap terlihat. Disana sini wajah-wajah
perbengkelan mewarnai tepi jalan raya. Baik itu bengkel besar maupun bengkel
kecil senantiasa menawarkan jasa dalam hal mekanik mesin. Baik bengkel resmi
maupun bengkel- bengkel sederhana yang kerap dijumpai di sekitar pinggiran
jalan.
Sebagai bengkel resmi, mekanik yang
diterjunkan merupakan mereka yang telah profesional di bidangnya. Di Pacitan
saja, telah banyak dealer-dealer resmi yang hadir memenuhi kebutuhan konsumen
baik dalam segi penjualan maupun melayani servis. Seperti Tanjung Pinang Motor,
Aneka Jaya Motor, Karya Agung Motor, Siswa Motor, Dealer Suzuki dan bahkan
baru-baru ini berdiri dealer anyar
yakni Shabiira. Hadirnya bermacam-macam dealer tersebut menimbulkan persaingan
dagang yang begitu ketat, Namun hal itu
wajar-wajar saja selama masih tergolong
di dalam persaingan yang sehat.
Belum lagi ditambah dengan hadirnya
bengkel-bengkel besar dan telah memiliki
nama di mata masyarakat. Seperti Agung Motor, Zam-Zam Abadi Motor, Satria
Motor, Pelangi Motor, dan lain sebagainya. Meskipun mungkin saja mekanik
didalamnya belum sepenuhnya menyandang label profesional, namun pengalaman demi
pengalaman yang telah mereka makan bukan
hitungan sedikit lagi. Dengan adanya bengkel-bengkel ini, kecil kemungkinan
masyarakat menemui kesulitan untuk memanjakan motor kesayangan mereka. Dimana
selain dari jasa servis, bengkel besar ini juga menyediakan suku cadang hingga
beragam menawarkan variasi spareparts sepeda motor.
Gambaran ini belumlah seberapa jika
berhadapan dengan realita lapangan dimana masyarakat kian dimanjakan dengan
hadirnya bengkel-bengkel kecil di sekitar sisi jalan raya. Mekanik-mekanik yang
ada juga merupakan mereka yang telah lama bergelut dengan oli, spareparts,
hingga pengapian. Sehingga menjadikan
mereka lebih berpengalaman untuk terjun di dalam dunia otomotif. Semakin
menjamurnya usaha ini masyarakat tidak lagi payah mengapresiasi motor favorit
mereka. Contoh kecil, antara Dusun Jeruk Desa Sedeng sampai perbatasan Desa
Sedeng saja, jika dihitung kurang lebih ada 5 bengkel yang berdiri disisi
jalan. Belum lagi jika dihitung berapa banyak bengkel di Kecamatan Pacitan, dan
di Kabupaten Pacitan.
Banyak dari mereka berpendapat bahwa
yang paling penting adalah keterampilan,keuletan, dan pengalaman. Memang benar,
namun hemat saya bahwa mekanik juga merupakan sebuah profesi di bidang jasa
sehingga alangkah lebih baik seandainya ketiga hal diatas juga dibarengi dengan
pengetahuan? Dimana jika suatu pekerjaan dikategorikan sebuah profesi, maka
tenaga-tenaga yang ada juga harus profesional di bidangnya. Dan profesional
adalah pekerjaan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilannya
yang memerlukan keahlian, kemahiran dan kecakapan tertentu yang memenuhi
standar mutu serta memerlukan pendidikan profesi. Namun disisi lain, peran dari
sekolah sudah terlihat dimana mereka menciptakan lulusan mekanik otomotif yang siap diterjunkan
di dunia kerja. Karena umumnya, kebanyakan dari mekanik-mekanik tersebut masih
berusia muda yang mungkin mereka datang
dari pendidikan formal kejuruan bidang otomotif.
Semoga dengan fenomena ini, akan
lebih mempermudah masyarakat dalam meningkatkan ekonomi masyarakat kota Pacitan
dan meningkatkan pelayanan jasa kepada masyarakat demi kemajuan kota Pacitan
tercinta. Amazing. ( adit )
MENEMBUS NILAI RUPIAH PEYEK KEPITING SAMAKAN OPINI METROPOLITAN
Barat Kota
– Pacitan, merupakan sebuah kabupaten kota disisi selatan provinsi yang ber – ibukota
Surabaya. Disana, anda dapat menemui banyak hal yang mungkin anda tidak pernah mendapatkan
di daerah manapun. Kota kelahiran Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini
menawarkan beragam keindahan, mulai dari panorama pantai, keagungan goa, tempat
rekreasi , hingga sajian kuliner yang beragam dan wajib untuk dicoba.
Pacitan yang dahulunya merupakan
cerminan kota sepi dan terpencil, kini berubah menjadi kota yang seakan tidak
pernah mati. Lalu-lintang arus kendaraan yang ramai dan bahkan seringnya dijumpai
kemacetan kecil telah mampu merubah pandangan bahwa Pacitan merupakan kota sunyi.
Pembangunan demi pembangunan, kemajuan demi kemajuan yang terkendali dan
terkontrol kian digalakkan oleh pemerintah. Pihak swasta-pun juga telah turut
serta dalam pembangunan di era kini.
Tetapi tahukah anda bahwa kota yang
mendapat julukan “ Kota Seribu Satu Goa “ ini, kini hampir menyerupai metropolitan?
Contoh kecil saja, di Jakarta tidak ada aktivitas yang menyangkut kebutuhan
manusia yang tidak menggunakan uang. MCK umum misalnya, dalam satu kali buang
air kecil dan air besar saja sudah dikenai biaya Rp 1.000,- / kepala
dan untuk satu kali mandi dikenai biaya Rp 2.000,- / kepala ( survey
pribadi tahun 2010). Sehingga acapkali terdengar pendapat “ Di Jakarta semua makek duit, yang engga’ makek duit cuman buang
angin doank”. Mungkin pendapat itu ada benarnya jika dikaitkan dengan
kenyataan yang ada di dalam paradigma kehidupan kota Jakarta.
Begitu juga dengan perekonomian
masyarakat. Ada pula pendapat “ Di
Jakarta, apa sih yang enggak laku dijual?? Ibaratnya, sampahpun bisa jadi makan.”
Dan pandangan semacam ini mungkin juga ada benarnya jika tirai ekonomi
masyarakat di buka. Contoh kecil saja, jika di daerah kota kecil kardus bekas
hanya dibuang atau di pendam saja, maka disana akan berubah menjadi lembaran
uang. Botol-botol aqua disulap menjadi mainan anak-anak yang kemudian dijual
demi rupiah. Makanan yang tergolong jajanan pasar juga masih laku
ditengah-tengah tandus tanah Ibukota.
Namun dibalik semua itu, kota besar
juga menyimpan sejuta rahasia, sejuta sifat manusia, sejuta kebaikan, dan sejuta
kejahatan. Sering dijumpai ketika menonton acara televisi yang menyajikan
berita tentang tindak kejahatan yang terjadi di ibukota. Mulai dari perampokan,
pencurian, pembunuhan, asusila, hingga narkoba dan konsumsi obat-obat terlarang
seperti yang terjadi di kalangan artis baru-baru ini. Disinilah letak sisi
gelap kota yang di siang matahari sekan tak mampu menyinari keseluruhan
wilayahnya, dan ketika malam tiba peran bintang yang berjuta-juta masih di
imbangi dengan milyaran percik lampu yang seakan hinggap di seluruh bagian kota
besar itu.
Paradigma seperti inilah mungkin
yang mengilhami kemajuan dan pembangunan kota Pacitan. Akan tetapi di ujung
kecil kehidupan, masyarakat Pacitan masih juga dililit kesulitan- kesulitan
ekonomi yang berarti. Tahukah anda tentang istilah “ peyek “? Ya, suatu jenis makanan ringan yang dapat pula digunakan
sebagai camilan santai dan lauk untuk makan. Wajarnya, peyek yang biasa dipakai
untuk hal tersebut umumnya terbuat dari tepung dan kacang, tepung dan ikan laut
kecil, serta tepung dan kedelai. Namun bagaimana dengan yang satu ini ?
Peyek Kepiting. Ya, kota Pacitan
juga kaya akan kepiting. Baik kepiting pantai maupun kepiting sungai. Peyek
kepiting memang jarang ditemukan dan jarang pula ada yang membuat karena jika
dilihat dari struktur fisiknya saja, kepiting mempunyai cangkang dan kaki-kaki
yang keras. Namun pengolahan dan pemberian adonan bumbu serta teknik memasak
yang tepat, membuat makanan ini laku di pasar. Banyak konsumen yang merasa “ketagihan” dengan makanan ini. Mereka
umumnya berpendapat peyek kepiting tersebut lezat dengan pemasakan yang kering
dan bumbu begitu terasa.
Tidak mudah proses pembuatan peyek
kepiting tersebut sehingga wajar bila untuk satu plastik kecil berisi 5-6 peyek kepiting ini dijual dengan
harga yang relative tinggi. Yakni Rp 2.500,- / plastik. Masakan ini tidak
tersedia di sembarang tempat walaupun status pemasarannya masih di area pasar.
Bagi pembaca yang ingin mencoba, peyek kepiting biasa dijajakan di sebuah pasar
tradisional yakni Pasar Sundeng yang terletak di Dusun Sundeng, Desa
Bangunsari, Kecamatan Pacitan. Lebih tepatnya, kanan jalan arah Pacitan –
Pringkuku, arah barat dari perempatan Bapangan. Bagi yang berminat, silahkan
untuk datang dan membeli diwaktu pagi karena biasanya terlambat siang sedikit
saja, maka persediaan mungkin tidak mencukupi.
Pacitan memang kota kecil, namun
perekonomian masyarakat disana tidak kalah dengan metropolitan dimana segalanya
mampu di sulap menjadi lembaran rupiah. Amazing. ( adit)
KILAS UAS 2013
Kota
- Ujian Akhir Semester yang diselenggarakan kampus STKIP PGRI Pacitan
dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa jurusan mulai hari Senin, 28 Januari 2012.
UAS sebagai ujian terkahir penembus nilai ini telah disadari seluruh mahasiswa
sehingga antusiasme persiapan mereka sangat tinggi.
Seperti yang terlihat pada mahasiswa
jurusan PBSI tingkat II semester III kelas A. Begitu riuh terdengar acapkali
mereka menghafal seluruh materi yang akan diujikan kemarin.(Selasa, 29 Januari
2013).Wajar memang, karena dalam mata uji pertama adalah bukan sector utama
jurusan ini. Yakni Pendidikan Bahasa Inggris. Ketekunan,ketelatenan dan
pemahaman sangat dibutuhkan dalam mata kuliah ini.Alhasil ketika ujian selesai,
banyak dari mereka yang terlihat bermuka senang, was-was, gelisah, dan bahkan
tenang. Jam uji kedua yakni mata kuliah profesi kependidikan yang juga
membutuhkan pemahaman yang tinggi karena menyangkut profesi sebagai pendidik.
Namun dalam mata uji kedua ini, hampir seluruh mahasiswa telah paham akan mata
kuliah Profesi Kependidikan sehingga banyak diantara mereka telah selesai
mengerjakan sebelum waktu usai.
Ujian yang dijadwalkan terdapat 18
SKS dengan sembilan mata ujian akan dilaksanakan hingga Sabtu, 2 Februari 2013.
Untuk itu hari pertama pelaksanaan hanyalah fairplay
atau pemanasan saja. Setelah itu
masih ada 7 mata uji lagi di hari-hari selanjutnya. Namun disayangkan oleh
mahasiswa Prodi PBSI/II/III/A ini karena pada jam kedua di hari pertama jadwal
ruang ujian bersamaan dengan prodi PBSI tingkat I. Sehingga mereka yang dalam
jadwal ada di ruang 10 ternyata harus berpindah ke ruang 14.Dan ini sangat
disayangkan karena mampu memecah konsentrasi terhadap mata uji.
Harapan demi harapan selalu melintas
di benak mahasiswa prodi PBSI II A ini yang mana mereka berharap mendapat
kelulusan dengan hasil maksimal sesuai perjuangan mereka. Namun belajar adalah
prioritas utama dalam meraih kesuksesan. Semangat Laskar Sastra II A.
(adit)
Langganan:
Postingan (Atom)