Sabtu, 09 Februari 2013

Petani Belah di Musim Hujan




Donorojo - Hujan yang melanda sejumlah kota di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Mulai dari banjir, tanah longsor, hingga melumpuhkan perekonomian masyarakat. Disamping  itu, hujan yang tiba beberapa waktu lalu ternyata membawa manfaat  bagi sebagian wilayah kota Pacitan.
Hal ini dapat dilihat dari sektor pertanian yang tersebar di berbagai wilayah Pacitan yang sebagian besar daerahnya berbukit-bukit. Dengan datangnya musim penghujan, para petani mulai giat bercocok tanam mulai dari menanam padi, jagung dan lain sebagainya.
Petani di desa Belah, Kecamatan Donorojo misalnya. Lahan kosong berubah men jadi tempat bercocok tanam jagung. Hasilnya pun sungguh memuaskan . Lahan yang dipakai merupakan tanah hitam bertekstur liat atau lempung. Namun hal ini tidak menjadi masalah yang berarti, karena para petani sudah mengerti betul tentang kondisi wilayah dan teknik cocok tanam.
“ Kira-kira sudah tiga bulan saya menanam ini. Dan sekarang hasilnya semua sudah berbiji dan tinggal menunggu masa panen” ungkap Novi, salah satu  pemilik kebun jagung (Sab, 09/03/13). Memang benar, jagung yang mereka tanam hanya tinggal menunggu panen saja.
Musim penghujan memang banyak diharapkan oleh petani-petani di seluruh wilayah negeri ini. “ Pupuk yang saya pakai, bukan merupakan pupuk pabrik tetapi pupuk kandang dan abu. Namun tidak menjadi problem berarti karena bisa dilihat dari hasilnya yang seperti ini “ tambahnya ringkas.( adit )

Kamis, 07 Februari 2013

Potret Akses Tinatar




Punung – Kota Pacitan yang terkenal dengan banyaknya bukit dan gunung menyajikan sebuah keindahan alam tersendiri. Dibalik ramai deru kendaraan, masih banyak daerah-daerah yang berpanorama menawan. Salah satu keindahan pemandangan yang disajikan dapat dijumpai di Desa Tinatar, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan.
    Pemandangan perbukitan dan pegunungan siap memanjakan mata bagi siapapun yang menginjak daerah tersebut. Terasering persawahan lengkap dengan warna hijau yang anggun menampakkan elok tiada tara.Sungai yang besar dengan intensitas air melimpah siap menambah indahnya suasana.
    Namun sayang, pemerintah kota Pacitan kurang memperhatikan daerah-daerah yang letaknya terpencil di wilayah yang berjarak kurang lebih 24 kilometer dari Punung kota ini. Hal ini bisa dilihat dari akses jalan yang menuju ke perkampungan di bagian perbukitan tepatnya arah dusun Ngemplak, dimana kondisi jalan sudah tidak layak di lalui kendaraan bermotor. Keadaan jalan rabat (Jawa) yang telah rusak berat, jalanan praden (Jawa) yang rusak parah memang harus menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi pemerintah. Selain itu, masih banyak jalan setapak berbentuk tanah ke perumahan-perumahan penduduk. Apalagi daerah ini juga hampir terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah.
    Jika boleh dibandingkan, jalan raya Pacitan – Solo baik yang melalui desa Sedeng maupun desa Dadapan, sudah dilakukan renovasi baik pelebaran serta peng-aspalan ulang sehingga kondisi kini sudah mulus. Sedangkan untuk wilayah-wilayah terpencil keadaan jalan masih sangat memperihatinkan.
    “ Perjalanan untuk kesini  memang terasa jauh karena medan memang memprihatinkan. Jalan kami dletaknya disisi tebing curam dan rabatnya telah rusak parah.” Ungkap salah satu warga masyarakat (Sel,05/02/13).  Bayangkan jika orang awam yang belum pernah sama sekali terjun di medan berat semacam ini, tanpa konsentrasi dan penuh hati-hati maka tebing curam dan dalam ada di kanan-kiri kita. “ Masyarakat disini kurang mempunyai greget untuk bangkit dan membangun akses jalan disini sehingga tidak ada kemajuan sama sekali. Namun, wewenang ada di tangan pemerintah desa yang seharusnya mampu berkoordinasi dengan pemerintah daerah sehingga terwujud perubahan untuk kemajuan wilayah ini” tambahnya.
Untuk itu diharapkan pemerintah segera turun tangan menangani masalah ini. Karena baik secara langsung maupun tidak langsung, akses jalan juga mempengaruhi perekonomian dan pendidikan masyarakat. Harapan masyarakat sungguh besar akan di bangunya akses jalan yang memadai. Semoga saja. ( Adit )

Senin, 04 Februari 2013

Fenomena Jasa Mekanik Merajalela




Pacitan ­– Geliat masyarakat kota dalam meningkatkan taraf hidup semakin terlihat di masa kini. Mulai dari usaha kecil, menengah, dan usaha besar. Dapat dibuktikan dengan banyaknya wirausaha yang terlihat disegala sudut kota  sehingga menampakkan wajah kota yang seakan tidak ada perumahan di sisi jalan raya. Bahkan, dengan munculnya jenis usaha yang sama membuat persaingan dagang begitu tinggi sehingga terkadang dijumpai penjual yang tetap menjajakan dagangan mereka di trotoar-trotoar meski sudah ada larangan yang berlaku.
            Fenomena jasa mekanik atau perbengkelan di penjuru-penjuru kota kerap terlihat. Disana sini wajah-wajah perbengkelan mewarnai tepi jalan raya. Baik itu bengkel besar maupun bengkel kecil senantiasa menawarkan jasa dalam hal mekanik mesin. Baik bengkel resmi maupun bengkel- bengkel sederhana yang kerap dijumpai di sekitar pinggiran jalan.
            Sebagai bengkel resmi, mekanik yang diterjunkan merupakan mereka yang telah profesional di bidangnya. Di Pacitan saja, telah banyak dealer-dealer resmi yang hadir memenuhi kebutuhan konsumen baik dalam segi penjualan maupun melayani servis. Seperti Tanjung Pinang Motor, Aneka Jaya Motor, Karya Agung Motor, Siswa Motor, Dealer Suzuki dan bahkan baru-baru ini berdiri dealer anyar yakni Shabiira. Hadirnya bermacam-macam dealer tersebut menimbulkan persaingan dagang  yang begitu ketat, Namun hal itu wajar-wajar saja selama masih  tergolong di dalam persaingan yang sehat.
            Belum lagi ditambah dengan hadirnya bengkel-bengkel besar dan telah  memiliki nama di mata masyarakat. Seperti Agung Motor, Zam-Zam Abadi Motor, Satria Motor, Pelangi Motor, dan lain sebagainya. Meskipun mungkin saja mekanik didalamnya belum sepenuhnya menyandang label profesional, namun pengalaman demi pengalaman yang telah mereka makan bukan hitungan sedikit lagi. Dengan adanya bengkel-bengkel ini, kecil kemungkinan masyarakat menemui kesulitan untuk memanjakan motor kesayangan mereka. Dimana selain dari jasa servis, bengkel besar ini juga menyediakan suku cadang hingga beragam menawarkan variasi spareparts sepeda motor.
            Gambaran ini belumlah seberapa jika berhadapan dengan realita lapangan dimana masyarakat kian dimanjakan dengan hadirnya bengkel-bengkel kecil di sekitar sisi jalan raya. Mekanik-mekanik yang ada juga merupakan mereka yang telah lama bergelut dengan oli, spareparts, hingga pengapian. Sehingga menjadikan mereka lebih berpengalaman untuk terjun di dalam dunia otomotif. Semakin menjamurnya usaha ini masyarakat tidak lagi payah mengapresiasi motor favorit mereka. Contoh kecil, antara Dusun Jeruk Desa Sedeng sampai perbatasan Desa Sedeng saja, jika dihitung kurang lebih ada 5 bengkel yang berdiri disisi jalan. Belum lagi jika dihitung berapa banyak bengkel di Kecamatan Pacitan, dan di Kabupaten Pacitan.
            Banyak dari mereka berpendapat bahwa yang paling penting adalah keterampilan,keuletan, dan pengalaman. Memang benar, namun hemat saya bahwa mekanik juga merupakan sebuah profesi di bidang jasa sehingga alangkah lebih baik seandainya ketiga hal diatas juga dibarengi dengan pengetahuan? Dimana jika suatu pekerjaan dikategorikan sebuah profesi, maka tenaga-tenaga yang ada juga harus profesional di bidangnya. Dan profesional adalah pekerjaan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilannya yang memerlukan keahlian, kemahiran dan kecakapan tertentu yang memenuhi standar mutu serta memerlukan pendidikan profesi. Namun disisi lain, peran dari sekolah sudah terlihat dimana mereka menciptakan  lulusan mekanik otomotif yang siap diterjunkan di dunia kerja. Karena umumnya, kebanyakan dari mekanik-mekanik tersebut masih berusia muda yang mungkin mereka datang dari pendidikan formal kejuruan bidang otomotif.
            Semoga dengan fenomena ini, akan lebih mempermudah masyarakat dalam meningkatkan ekonomi masyarakat kota Pacitan dan meningkatkan pelayanan jasa kepada masyarakat demi kemajuan kota Pacitan tercinta. Amazing. ( adit )

MENEMBUS NILAI RUPIAH PEYEK KEPITING SAMAKAN OPINI METROPOLITAN




Barat Kota – Pacitan, merupakan sebuah kabupaten kota disisi selatan provinsi yang ber – ibukota Surabaya. Disana, anda dapat menemui banyak hal yang mungkin anda tidak pernah mendapatkan di daerah manapun. Kota kelahiran Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menawarkan beragam keindahan, mulai dari panorama pantai, keagungan goa, tempat rekreasi , hingga sajian kuliner yang beragam dan wajib untuk dicoba.
            Pacitan yang dahulunya merupakan cerminan kota sepi dan terpencil, kini berubah menjadi kota yang seakan tidak pernah mati. Lalu-lintang arus kendaraan yang ramai dan bahkan seringnya dijumpai kemacetan kecil telah mampu merubah pandangan bahwa Pacitan merupakan kota sunyi. Pembangunan demi pembangunan, kemajuan demi kemajuan yang terkendali dan terkontrol kian digalakkan oleh pemerintah. Pihak swasta-pun juga telah turut serta dalam pembangunan di era kini.
            Tetapi tahukah anda bahwa kota yang mendapat julukan “ Kota Seribu Satu Goa “ ini, kini hampir menyerupai metropolitan? Contoh kecil saja, di Jakarta tidak ada aktivitas yang menyangkut kebutuhan manusia yang tidak menggunakan uang. MCK umum misalnya, dalam satu kali buang air kecil dan air besar saja sudah dikenai biaya Rp 1.000,-  / kepala  dan untuk satu kali mandi dikenai biaya Rp 2.000,- / kepala ( survey pribadi tahun 2010). Sehingga acapkali terdengar pendapat “ Di Jakarta semua makek duit, yang engga’ makek duit cuman buang angin doank”. Mungkin pendapat itu ada benarnya jika dikaitkan dengan kenyataan yang ada di dalam paradigma kehidupan kota Jakarta.
            Begitu juga dengan perekonomian masyarakat. Ada pula pendapat “ Di Jakarta, apa sih yang enggak laku dijual?? Ibaratnya, sampahpun bisa jadi makan.” Dan pandangan semacam ini mungkin juga ada benarnya jika tirai ekonomi masyarakat di buka. Contoh kecil saja, jika di daerah kota kecil kardus bekas hanya dibuang atau di pendam saja, maka disana akan berubah menjadi lembaran uang. Botol-botol aqua disulap menjadi mainan anak-anak yang kemudian dijual demi rupiah. Makanan yang tergolong jajanan pasar juga masih laku ditengah-tengah tandus tanah Ibukota.
            Namun dibalik semua itu, kota besar juga menyimpan sejuta rahasia, sejuta sifat manusia, sejuta kebaikan, dan sejuta kejahatan. Sering dijumpai ketika menonton acara televisi yang menyajikan berita tentang tindak kejahatan yang terjadi di ibukota. Mulai dari perampokan, pencurian, pembunuhan, asusila, hingga narkoba dan konsumsi obat-obat terlarang seperti yang terjadi di kalangan artis baru-baru ini. Disinilah letak sisi gelap kota yang di siang matahari sekan tak mampu menyinari keseluruhan wilayahnya, dan ketika malam tiba peran bintang yang berjuta-juta masih di imbangi dengan milyaran percik lampu yang seakan hinggap di seluruh bagian kota besar itu.
            Paradigma seperti inilah mungkin yang mengilhami kemajuan dan pembangunan kota Pacitan. Akan tetapi di ujung kecil kehidupan, masyarakat Pacitan masih juga dililit kesulitan- kesulitan ekonomi yang berarti. Tahukah anda tentang istilah “ peyek “? Ya, suatu jenis makanan ringan yang dapat pula digunakan sebagai camilan santai dan lauk untuk makan. Wajarnya, peyek yang biasa dipakai untuk hal tersebut umumnya terbuat dari tepung dan kacang, tepung dan ikan laut kecil, serta tepung dan kedelai. Namun bagaimana dengan yang satu ini ?
            Peyek Kepiting. Ya, kota Pacitan juga kaya akan kepiting. Baik kepiting pantai maupun kepiting sungai. Peyek kepiting memang jarang ditemukan dan jarang pula ada yang membuat karena jika dilihat dari struktur fisiknya saja, kepiting mempunyai cangkang dan kaki-kaki yang keras. Namun pengolahan dan pemberian adonan bumbu serta teknik memasak yang tepat, membuat makanan ini laku di pasar. Banyak konsumen yang merasa “ketagihan” dengan makanan ini. Mereka umumnya berpendapat peyek kepiting tersebut lezat dengan pemasakan yang kering dan bumbu begitu terasa.
            Tidak mudah proses pembuatan peyek kepiting tersebut sehingga wajar bila untuk satu plastik kecil  berisi 5-6 peyek kepiting ini dijual dengan harga yang relative tinggi. Yakni Rp 2.500,- / plastik. Masakan ini tidak tersedia di sembarang tempat walaupun status pemasarannya masih di area pasar. Bagi pembaca yang ingin mencoba, peyek kepiting biasa dijajakan di sebuah pasar tradisional yakni Pasar Sundeng yang terletak di Dusun Sundeng, Desa Bangunsari, Kecamatan Pacitan. Lebih tepatnya, kanan jalan arah Pacitan – Pringkuku, arah barat dari perempatan Bapangan. Bagi yang berminat, silahkan untuk datang dan membeli diwaktu pagi karena biasanya terlambat siang sedikit saja, maka persediaan mungkin tidak mencukupi.
            Pacitan memang kota kecil, namun perekonomian masyarakat disana tidak kalah dengan metropolitan dimana segalanya mampu di sulap menjadi lembaran rupiah. Amazing. ( adit)

KILAS UAS 2013


Kota - Ujian Akhir Semester yang diselenggarakan kampus STKIP PGRI Pacitan dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa jurusan mulai hari Senin, 28 Januari 2012. UAS sebagai ujian terkahir penembus nilai ini telah disadari seluruh mahasiswa sehingga antusiasme persiapan mereka sangat tinggi.
            Seperti yang terlihat pada mahasiswa jurusan PBSI tingkat II semester III kelas A. Begitu riuh terdengar acapkali mereka menghafal seluruh materi yang akan diujikan kemarin.(Selasa, 29 Januari 2013).Wajar memang, karena dalam mata uji pertama adalah bukan sector utama jurusan ini. Yakni Pendidikan Bahasa Inggris. Ketekunan,ketelatenan dan pemahaman sangat dibutuhkan dalam mata kuliah ini.Alhasil ketika ujian selesai, banyak dari mereka yang terlihat bermuka senang, was-was, gelisah, dan bahkan tenang. Jam uji kedua yakni mata kuliah profesi kependidikan yang juga membutuhkan pemahaman yang tinggi karena menyangkut profesi sebagai pendidik. Namun dalam mata uji kedua ini, hampir seluruh mahasiswa telah paham akan mata kuliah Profesi Kependidikan sehingga banyak diantara mereka telah selesai mengerjakan sebelum waktu usai.
            Ujian yang dijadwalkan terdapat 18 SKS dengan sembilan mata ujian akan dilaksanakan hingga Sabtu, 2 Februari 2013. Untuk itu hari pertama pelaksanaan hanyalah fairplay  atau pemanasan saja. Setelah itu masih ada 7 mata uji lagi di hari-hari selanjutnya. Namun disayangkan oleh mahasiswa Prodi PBSI/II/III/A ini karena pada jam kedua di hari pertama jadwal ruang ujian bersamaan dengan prodi PBSI tingkat I. Sehingga mereka yang dalam jadwal ada di ruang 10 ternyata harus berpindah ke ruang 14.Dan ini sangat disayangkan karena mampu memecah konsentrasi terhadap mata uji.
            Harapan demi harapan selalu melintas di benak mahasiswa prodi PBSI II A ini yang mana mereka berharap mendapat kelulusan dengan hasil maksimal sesuai perjuangan mereka. Namun belajar adalah prioritas utama dalam meraih kesuksesan. Semangat Laskar Sastra II A.
(adit)